Page 25 - E-Modul Ikatan Kimia
P. 25
Unit 2 : Ikatan Ionik dan Ikatan Kovalen 18
5. Polarisasi Ikatan Kovalen
Perbedaan keelektronegatifan dua atom menimbulkan kepolaran senyawa. Adanya
perbedaan ke elektronegatifan tersebut menyebabkan pasangan elektron ikatan lebih tertarik ke
salah satu unsur sehingga membentuk dipol. Adanya dipol inilah yang menyebabkan senyawa
menjadi polar.
Pada senyawa HCl, pasangan elektron milik bersama akan lebih dekat pada Cl karena daya
tarik terhadap elektronnya lebih besar dibandingkan H. Hal itu menyebabkan terjadinya polarisasi
pada ikatan H – Cl. Atom Cl lebih negatif daripada atom H, hal tersebut menyebabkan terjadinya
ikatan kovalen polar.
Contoh:
1) Senyawa kovalen polar: HCl, HBr, HI, HF, H2O, NH3.
2) Senyawa kovalen nonpolar: H2 , O2 , Cl2 , N2 , CH4 , C6H6 , BF3.
Pada ikatan kovalen yang terdiri lebih dari dua unsur, kepolaran senyawanya ditentukan oleh hal-
hal berikut.
1) Jumlah momen dipol, jika jumlah momen dipol = 0, senyawanya bersifat nonpolar. Jika momen
dipol tidak sama dengan 0 maka senyawanya bersifat polar.
Besarnya momen dipol suatu senyawa dapat diketahui dengan:
Keterangan:
µ = momen dipol dalam satuan Debye (D)
d = muatan dalam satuan elektrostatis (ses)
l = jarak dalam satuan cm
2) Bentuk molekul, jika bentuk molekulnya simetris maka senyawanya bersifat nonpolar,
sedangkan jika bentuk molekulnya tidak simetris maka senyawanya bersifat polar.
6. Pengecualian Aturan Oktet
Pengecualian aturan oktet dapat dibagi dalam tiga kelompok sebagai berikut. 1. Senyawa
yang tidak mencapai aturan oktet. Senyawa yang atom pusatnya mempunyai elektron valensi
kurang dari 4 termasuk dalam kelompok ini. Hal ini menyebabkan setelah semua elektron
valensinya dipasangkan tetap belum mencapai oktet. Contohnya adalah BeCl2 , BCl3 , dan AlBr3.
Senyawa dengan jumlah elektron valensi ganjil. Contohnya adalah NO2 , yang mempunyai elektron
valensi (5 + 6 + 6) = 17. Kemungkinan rumus Lewis untuk NO2 sebagai berikut.